Yuk! Mengenal dan Mengulik Tradisi Kebudayaan Betawi Pada Saat Menyambut puasa dan Lebaran
Yuk! Mengenal dan Mengulik Tradisi Kebudayaan Betawi Pada Saat Menyambut puasa dan Lebaran
Suku Betawi memiliki banyak sejarah yang sangat unik dan menarik. Hal ini terus berkembang dari masa ke masa dan beberapa hal menjadi bagian dari kebiasaan warga setempat. Suku Betawi ini menjadi suku yang terbentuk dari berbagai macam suku, maka menjadi hal yang wajar bagi masyarakat Betawi untuk menerima perbedaan suku maupun agama. Kita akan mengulik lebih dalam tradisi atau kebiasaan yang ada pada budaya Betawi ketika menjelang bulan ramadhan dan lebaran.
Sebelum kita megetahui apa saja tradisi atau kebiasaan dari budaya betawi, kita akan membahas sedikit mengenai sejarah dan asal usul adanya suku betawi. Jadi, pada dasarnya Suku Betawi merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang terbentuk dari percampuran genetik atau akulturasi budaya antara berbagai masyarakat yang tinggal di Jakarta. Pada umumnya, sebagian besar warga Jakarta asli bersuku Betawi. biasanya, hal ini ada pada salah satu kakek atau nenek yang memang dulunya menjadi warga jakarta yang bersuku adat Betawi sejak beberapa abad sebelumnya. Maka, biasanya ada turun termurun ke anak atau cucunya untuk menjadi bagian dari suku Betawi ini.
Betawi sendiri merupakan sebutan penduduk pribumi dalam menyebut Batavia, yang merupakan nama Jakarta pada saat itu. Kebudayaan Betawi mulai berkembang dengan pertanian yang saat itu merupakan mata pencaharian utama, yang membangkitkan ondel-ondel sebagai bentuk perayaan saat panen tiba
Budaya Betawi adalah budaya etnis asli masyarakat Jakarta, yang memiliki berbagai macam tradisi yang menarik dan kaya makna. Salah satunya pada saat bulan Ramadhan dan Lebaran, masyarakat Betawi melakukan berbagai tradisi yang menjadi bagian dari kebiasaan kebudayaan mereka.
Dalam menyambut bulan ramadhan, ada tradisi yang dilakukan seminggu sebelum ramadhan tiba yaitu Nyekar. Nyekar adalah tradisi berziarah ke makam keluarga dan kerabat. Di momen tersebut, masyarakat membersihkan makam dan juga berdoa bersama. Selanjutnya, Tradisi unik masyarakat Betawi adalah "Ngejot". Ini adalah kebiasaan budaya Betawi untuk memberikan makanan kepada tetangga atau warga setempat sebagai bentuk silaturahmi dan berbagi rezeki. Biasanya, makanan yang diberikan berupa hidangan makanan sederhana khas betawi seperti nasi uduk, sayur asem, dan sambel goreng ati. Tradisi ini tidak hanya memperkuat tali persaudaraan tetapi juga mengingatkan pada pentingnya berbagi dan kepedulian sosial.
Dalam kebudayaan Betawi ada tradisi yang dinamakan Rowahan. Rowahan adalah tradisi penutupan pengajian dan persiapan menuju bulan Ramadan. Dalam Rowahan, satu keluarga berkumpul lalu membaca surah Yasin bersama ditambah tahlil dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, acara ditutup dengan makan bersama.
Selanjutnya pada bulan ramadhan biasanya para masyarakat berburu takjil atau membeli makanan untuk berbuka puasa yang biasanya di sebut dengan istilah “Ngabuburit”. diambil dari salah satu kata yaitu “burit” berarti sore, jadi kegiatan ini biasanya dilakukan ketika sore hari menjelang berbuka puasa. Bukan hanya sekedar membeli makanan untuk berbuka puasa tetapi terkadang dalam ngabuburit ini di isi dengan kegiatan lain seperti arak arakan dengan ondel- ondel dan semacamnya yang menambah semangat para masyarakat dalam ngabuburitnya.
Setelah bulan ramadhan selesai kemudian disambung dengan lebaran. Tradisi yang ada di hari menjelang lebaran adalah tradisi bersih-bersih rumah, termasuk peralatan rumah tangga, agar terhindar dari debu dan kotoran. Tradisi membersihkan rumah ini merupakan tradisi wajib untuk menyambut lebaran yang ditujukan agar pada saat lebaran tiba rumah dan se isinya menjadi bersih dan rapih sehingga nyaman dan enak dilihat oleh para tamu yang akan datang. Tradisi ini dikerjakan secara bersama oleh seluruh keluarga.
Pada malam takbiran Malam ada tradisi budaya Betawi yang selalu di tunggu oleh semua kalangan, karena tradisi ini menjadi tradisi yang menyenangkan dan selalu ramai. Tradisi ini dinamakan oleh Arak-arakan dan Pawai Obor, pada Malam Takbiran di Jakarta ini memiliki ciri khas dengan arak-arakan Takbir keliling yang diiringi oleh ondel-ondel dan musik Betawi. Pemuda-pemudi Betawi membawa obor, memainkan alat musik tradisional seperti rebana dan terompet, sambil mengumandangkan takbir yang bergema di seluruh penjuru kampung. Ini adalah rasa dari kegembiraan dan rasa syukur atas datangnya hari kemenangan.
Pada hari inti dari lebaran ada tradisi silaturahmi dan saling maaf memaafkan karena bulan ini dikenal sebagai bulan yang penuh ampunan dan berkah. Tradisi ini dinamakan dengan “Sungkeman” Tradisi "Sungkeman" adalah salah satu yang paling emosional dan mendalam, di mana anak-anak muda menghormati orang tua dan para lansia dengan memohon maaf atas kesalahan yang telah diperbuat selama setahun. Sungkeman menjadi momen penting yang menguatkan ikatan keluarga tradisi lainnya adalah berkunjung ke rumah tetangga dan sanak saudara untuk bermaafan serta menyantap hidangan khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam, dan semur daging. Kesibukan ini biasanya diawali dengan shalat Idul Fitri berjamaah di masjid atau di lapangan terbuka, yang merupakan simbol dari persatuan dan kesetaraan.
Pada saat lebaran, kebudayaan betawi mempunyai ciri khas tersendiri yaitu biasanya lebaran orang betawi berlangsung selama 4-5 hari karena budaya betawi dikenal dengan banyak persaudaraanya mulai dari pihak nenek, kakek, ayah, sampai ibu yang jadi membuat masyarakat Betawi tidak cukup dengan 1 atau 2 hari saja.
Melalui berbagai tradisi atau kebiasaan dari perayaan ini, masyarakat Betawi tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya persaudaraan, kesetiaan pada tradisi, dan kasih sayang sosial.
Text: Almayra Putri Nugraha
Softnews
Comments
Post a Comment